Thursday, October 12, 2006

Tarbiyah imaniyah buat anak

Khas untuk umi dalam mendidik putera dan puteri tersayang


*
Tarbiyah imaniyah buat anak*




Salah satu aspek yang sering kita lupakan dalam mendidik anak-anak
adalah tarbiyah ruhiyah. Jangankan untuk anak, untuk diri sendiri pun
kita sering lupa dengan tarbiyah bentuk ini. Padahal, seperti halnya
akal dan pikiran perlu mendapat pendidikan, ruh kitapun wajib
mendapatkan haknya.







Untuk mendidik akal dan meningkatkan kapasitas intelektual orang tua
menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah favorit. Tetapi dalam masalah
pendidikan keimanan seringkali enggan memberi porsi yang cukup. Bahkan
tidak perduli walaupun sekolah tersebut tidak memberikan pendidikan
Islam yang memadai.



Iman merupakan hal asasi dalam kehidupan seorang muslim, sedang tarbiyah
merupakan kebutuhan pokok setiap insan. Tarbiyah imaniyah adalah
tarbiyah yang ditujukan untuk meningkatkan iman, ma’nawiyah
(mentalitas), akhlaq (moralitas), dan syakhsyiyah (kepribadian) daripada
mutarobiyyin (anak didik).



Iman kepada Allah dan hari akhir wajib mendapat pupuk yang menyegarkan,
disiram dengan air agar terus menerus tumbuh di lahannya secara bertahap
dan tawazun (seimbang) menuju kesempurnaan. Iman tumbuh subur karena
didasari hubungan yang intens dengan Allah dalam berbagai bentuknya.
Cobalah simak hasil tarbiyah pada seorang anak di masa salaf dahulu.



Abdullah bin Dinar berkisah tentang perjalanannya bersama Khalifah Umar
bin Khattab. Beliau mengatakan, "Saya bersama Umar bin Khattab r.a.
pergi ke Makkah dan beristirahat di suatu tempat. Lalu terlihatlah anak
gembala dengan membawa banyak gembalaannya turun dari gunung dan
berjumpa dengan kami. Umar bin Khattab berkata, "Hai penggembala,
juallah seekor kambingmu itu kepadaku!"



Anak kecil penggembala itu menjawab, "Aku bukan pemilik kambing ini, aku
hanya seorang budaknya." Umar menguji anak itu, "Katakanlah kepada
tuanmu bahwa salah seekor kambingnya dimakan srigala."



Anak itu termenung lalu menatap wajah Umar, dan berkata, "Maka di
manakah Allah?"



Mendengar kata-kata yang terlontar dari anak kecil ini, menangislah
Umar. Kemudian beliau mengajak budak itu kepada tuannya kemudian
memerdekakannya. Beliau berkata pada anak itu, "Kalimat yang telah
engkau ucapkan tadi telah membebebaskanmu di dunia ini, aku harap
kalimat-kalimat tersebut juga akan membebaskanmu kelak di akhirat."



Kejadian di atas menunjukkan salah satu pengaruh dari pengenalan
terhadap Allah. Kejadian serupa itu sudah sangat jarang terjadi saat
ini. Sekarang ini, di masyarakat kita kejujuran dan kebenaran seolah
sudah tak ada harganya. Coba bandingkan dengan sikap Umar yang
menghargai anak tersebut dengan membebaskannya dari perbudakan.



Mungkin timbul pertanyaan: bagaimanakah seorang anak kecil di masa itu
bisa menjadi begitu yakin dengan pengawasan Allah (muroqobatullah) yang
berlaku pada setiap manusia?



Keyakinan lahir dari suatu pendidikan dan latihan yang benar. Di mana
kekhalifahan Umar, masyarakat Islam sudah terbentuk dan masyarakat ini
menghasilkan bi’ah (lingkungan) yang baik bagi anak tersebut, kendati ia
berada di gurun. Pengaruh sistem pendidikan Islam telah merembes ke
berbagai tempat sehingga setiap orang benar-benar meyakini dan
menghayati syariat Allah.



Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak merupakan satu pendidikan yang
meliputi hal-hal berikut:



1. Upaya melaksanakan dan menghayati nilai-nilai ibadah kepada Allah
dalam arti yang seluas-luasnya sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW.



2. Pembiasaan dalam mengingat Allah (dzikrullah) dengan membaca
ayat-ayat Al Qur’an atau dengan menyebut-nyebut nama Allah dengan cara
yang tepat di saat-saat tertentu.



3. Membiasakan merasakan adanya bimbingan Allah dalam melaksanakan
kebaikan dan pengawasan Allah dalam setiap aspek kehidupan. Yaitu dengan
menghubungkan kejadian-kejadian sehari-hari yang dialaminya dengan
kekuasaan Allah.



4. Membiasakan menggantungkan diri kepada Allah misalnya dengan berdo’a
dalam berbagai situasi dan kondisi.



5. Meningkatkan akhlak (perilaku) yang baik dengan mencontohkan
tindakan-tindakan baik dan memperbaiki perilakunya pada saat anak
melakukan keburukan.



6. Memberikan motivasi dan rangsangan dengan memuji atau memberi hadiah
ketika anak berbuat baik, memberi manfaat kepada orang lain, atau
menyenangkan orang lain kendati orang tersebut tidak menyadarinya.



7. Membimbing hal-hal lain untuk yang berhubungan dengan pendekatan diri
kepada Allah.



Metode Tarbiyah



Pembekalan keimanan bagi anak-anak berorientasi pada penyiapan pemahaman
dan pembiasaan berbagai hal yang kelak dapat menolong anak untuk
melakukan sendiri berbagai kegiatan yang dapat memelihara ruhiyahnya.



Anak-anak sebenarnya lebih mudah menerima hal-hal yang bersifat teoritis
kendati bersumber dari alam ghaib (tidak nampak). Karena secara fitrah
mereka mudah mempercayai orang tua, guru, atau kawan dekatnya. Anak-anak
senantiasa jujur dan tidak mau didustai seperti pada kisah Umar bin
Khattab di atas. Ini menunjukkan bahwa kejujuran mereka amat mudah
mendekatkan mereka kepada Allah.



Tarbiyah imaniyah untuk anak-anak dapat diberikan dengan jalan:



1. Dengan Contoh dan Keteladanan



Anak-anak adalah makhluk yang paling senang meniru. Orang tuanya
merupakan figur dan idolanya. Bila mereka melihat kebiasaan baik dari
ayah ibunya, maka mereka pun akan dengan cepat mencontohnya. Orang tua
yang berperilaku buruk akan ditiru perilakunya oleh anak-anak. Anak
paling mudah mengikuti kata-kata yang keluar dari mulut kita. Misalnya
dalam mensyukuri segala nikmat yang diperoleh dalam keluarga. Kepada
anak harus senantiasa diingatkan betapa semua rezeki bersumber dari
Allah. Apabila kita memberi pisang kepada anak misalnya, sempatkanlah
bertanya , "Darimana pisang ini, Nak?" "Dari Umi," jawab si anak. "Ya.
Tetapi sebenarnya pisang ini pemberian Allah kepada kita. Allah
menyampaikannya melalui Umi."



Dengan cara demikian, dalam peristiwa sederhana ini kita mencontohkan
bagaimana mengingatkan Allah dan mensyukuri pemberian-Nya. Mengucapkan
hamdalah ketika menerima sesuatu dan menjelaskan kepada mereka bahwa
semuanya merupakan kasih sayang Allah dan merupakan suatu kewajiban yang
tidak dapat dipungkiri. Demikian pula mengucapkan insya Allah,
subhannallah, dan berbagai ungkapan tasbih lainnya akan dicontohkan oleh
anak.



2. Dengan Latihan dan Pembiasaan



Banyak pembiasaan ibadah harus dilakukan pada anak. Misalnya pembacaan
do’a pada tiap-tiap kesempatan dan menguraikan maksud dan isi do’a
tersebut. Di setiap munasabah, ada do’a yang pantas diucapkan. Mau
makan, minum, tidur, mau belajar, mau berwudhu, menaiki kendaraan, dan
lain-lain ada do’a yang khas untuknya. Anak-anak sangat mudah
menghafalkan do’a-do’a ini. Apalagi bila di sekolah mereka mendapat
program khusus mengenai do’a ini. Tetapi pengamalan do’a-do’a tersebut
sangat tergantung pada pengawasan orang tua. Biar pun anak mampu
menghafal seratus do’a di sekolah atau madrasahnya, dia tidak akan mampu
meningkatkan imannya bila tidak ada pengamalan dan penghayatannya.
Secara rutin dan teratur ayah atau ibu hendaknya membimbing anak
membiasakan pembacaan do’a ini, menjelaskan dan memberi pengertian
tentang nilai-nilai kandungannya.



Pembiasaan lain yang perlu dilakukan semenjak dini antara lain:



- Membawa anak-anak ke masjid, beri’tikaf, serta mencintai dan
menghormati jamaahnya.



- Memberikan perhatian khusus agar anak senantiasa membaca Al Qur’an
secara rutin.



3. Dengan Nasihat dan Bimbingan



Orientasi nasihat dan bimbingan bertujuan mengingatkan anak terhadap
pengawasan Allah di mana pun mereka berada. Ibnu Abbas r.a. menceritakan
bahwa sewaktu masih anak-anak, beliau pernah dibonceng Rasulullah di
atas untanya. Perjalanan yang mengasyikkan ini digunakan Rasulullah
untuk menasihati Ibnu Abbas. Waktu itu Rasulullah SAW berkata, "Hai
anak, jagalah semua perintah Allah, niscaya Allah memeliharamu.
Periharalah semua perintah Allah, niscaya engkau dapati Dia di
hadapanmu. Apabila engkau memohon sesuatu, mohonlah hal itu kepada
Allah, dan bila meminta pertolongan, mintalah kepada Allah. Dan
ketahuilah, sekiranya seluruh masyarakat sepakat berbuat sesuatu yang
bermanfaat bagimu, maka semua manfaat itu hanyalah Allah yang
menentukannya, dan bila mereka akan berbuat jahat kepadamu, maka
kejahatan itu tidak akan menimpamu kecuali yang telah ditetapkan Allah
pula. Terangkat qalam dan keringlah pena." (At-Turmudzi)



4. Dengan Pengarahan dan Pengajaran



Bila nasihat disampaikan di mana saja, di tempat-tempat di mana orang
tua (murobbi) berinteraksi dengan anak didiknya, maka pengarahan dan
bimbingan mengambil waktu dan tempat tertentu misalnya seusai shalat
Shubuh atau Maghrib berjamaah. Rasulullah pernah memberi pengajaran
kepada Ibnu Abbas sebagai berikut, "Periharalah perintah Allah, engkau
dapatkan Allah di hadapanmu. Kenalkan dirimu kepada Allah di waktu
senang, niscaya Allah akan mengingatmu di saat kesukaran. Ketahuilah
bahwa sesuatu yang terlepas darimu tidak akan mengenaimu, dan yang
menjadi bagianmu tidak akan terlepas darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan
itu beserta keshabaran, dan kegembiraan itu setelah kesukaran, dan
setiap ada kesukaran akan ada kelapangan."



Anak-anak pra sekolah dapat mulai dimasukkan ke TPA di mana mereka
mendapatkan arahan dan pengajaran dari guru-guru yang sudah memahami
metoda pendidikan keimanan kepada balita.



5. Dengan Bercerita dan Berkisah



Anak-anak sangat senang pada cerita-cerita dan kisah-kisah masa lampau.
Apalagi di dalamnya terkandung unsur-unsur heroik dan semangat
perjuangan. Islam memiliki khazanah kekayaan sejarah yang sangat besar.
Mulai zaman nabi-nabi, Nabi Muhammad dan para sahabat beliau, serta
sejarah umat Islamnya. Ibnu Mas’ud berkata, "Kami (generasi sahabat)
mengajarkan perang-perang Rasulullah kepada anak-anak kami sebagaimana
kami mengajarkan Al Qur’an."



Ayah dan ibu yang bercerita kepada anaknya akan lebih melekatkan
anak-anak pada keteladanan dan ibroh (pelajaran) yang dapat diambil oleh
anak. Sesungguhnya apabila kita mampu bercerita dengan baik, kisah dari
seorang ibu yang lembut dan penuh keakraban insya Allah dapat lebih
disukai anak tenimbang acara-acara telivisi. Karena pendekatan cerita
sebelum tidur bersifat timbal balik dan mempunyai dampak psikologis yang
dibutuhkan anak.



6. Dengan Dorongan, Rangsangan dan Penghargaan



Usia kanak-kanak sangat memerlukan dorongan dan penghargaan ketika
meraih sesuatu kendati sangat sederhana. Jangan segan-segan mengucapkan
terima kasih kepada anak yang berhasil nilai yang bagus, atau memberi
hadiah ketika berhasil dalam salah satu kegiatan. Di dalam hadiah
tercermin kasih sayang, karena Rasulullah bersabda, "Saling beri
hadiahlah kalian dengan demikian kalian akan saling mencintai." (Al-Hadits)



Bagi seorang anak, perhatian, ciuman, dekapan yang mesra, atau gendongan
dapat dipahami sebagai hadiah. Anak yang lebih besar ingin hadiah yang
lebih kongkrit. Tak ada salahnya ayah memberi sesuatu ketika anak telah
berprestasi dalam peningkatan pribadinya. Misalnya, ketika berhasil
menghafal satu surat di antara surat-surat Al Qur’an.




powered by performancing firefox

No comments: